Minggu lalu, aku menghadapi dua 'serangan' yang tak pernah ku jangkakan. Dalam situasi pertama, seorang ibu muda mengamuk dengan lagak amarah menuding jari, lantang membuat tuduhan mengatakan aduannya tidak kami endahkan. Aduan yang masih dalam siasatan, sukar untuk kami selesaikan dalam jangka masa yang singkat. Semua mengambil masa, agar yang yang tidak bersalah terbela dan yang salah menerima natijahnya. Hentakan bertubi-tubi di pintu dan meja, jeritan nyaring suara yang memedihkan telinga, ku hadapi dengan sabar sedaya mungkin. Diam.. menenangkan ritma jantung yang berlari sambil beristighfar menahan diri, sedaya mungkin aku tahan lidah dari berbicara menambah bara. Pesan seorang sahabat agar berbuat baik dengan pihak lawan sebagai dakwah yang mudah, aku simpan kemas sebagai bekalan... Akhirnya, kesabaran yang menang lantaran aku di pihak yang benar.
Situasi kedua hampir sama citranya. Cuma, si ibu yang hadir tidak agresif menyerang sebaliknya menyindir pedih ulu hati dan sukma ku yang rapuh ini. Terkoyak ketabahan hati, tercantik perit sanubari menerima hentaman kata tanpa ihsan atas pembelaan kesalahan sang anak yang nyata mengingkari kepatuhan peraturan yang ditetapkan. Jerkah tuduhan yang berbisa seolah menampar tembok sabar yang lama membenteng dasar hati. Namun, sebagaimana sebelum ini, sekali lagi situasi ini aku depani dengan hikmah dan hemah.. sukar tapi akhirnya kemenangan bagi yang benar.
Penat betul menghadapi rencana karenah manusia menyebalkan perasaan mencarik luka. Sabarlah Zahizan kerana pasti Allah sedang mendidik diri menjadi lebih matang dan kuat mendepani cabaran dan dugaan. Allahumma batik! Fikir yang baik-baik, niat yang baik-baik.. mudah-mudahan yang baik-baik akan mengiringi derap langkahku kelak. Bantulah aku ya Allah.. hanya padaMu ku sandarkan sepenuh harapan. Aamiin..
No comments:
Post a Comment